Terima Kasih Telah Berkunjung di Blog Saya, Semoga Postingan Saya Bisa Bermanfaat Bagi Kalian ^^

Lidah Kehidupan


.



LIDAH KEHIDUPAN
Oleh : Ayyub Al Azheem

          Kudus Kota Kretek, itulah sebutan untuk kota kelahiran Benny. Saat ini ia baru saja mengawali masa putih abu-abunya, yaitu di SMA 2 Kudus. Ia mempunyai sahabat sejati yang selalu ada untuknya disaat sedang susah maupun bahagia, namanya Rasyid yang juga bakal menjadi temannya di SMA nanti. Persahabatan diantara mereka sangat kuat, teman-teman mereka menyebutnya seperti partikel-partikel benda padat.
          Hari pertama masuk sekolah, Benny dan Rasyid berangkat bersama dengan berjalan kaki karena kebetulan rumah mereka tidak jauh dari sekolah. Setibanya di sekolah tiba-tiba Rasyid menghentikan langkahnya.
          “Hei kenapa berhenti Rasyid?” tanya Benny
          “Lihat cewek yang duduk disana!” kata Rasyid
          “Yang mana?” tanya Benny
          “Itu lho yang duduk di sana” kata Rasyid sambil menunjuk ke arah 3 wanita yang sedang duduk sambil bergurau.
          “Iya kenapa memangnya?” tanya Benny kebingungan
          “Apa kamu tidak melihat? Lihatlah yang duduk di tengah, dia cantik” kata Rasyid sambil berjalan menuju ke arah wanita itu
“Hei Rasyid, mau kemana kau? Kata Benny sambil mengikuti langkah Rasyid
          “Aku ingin berkenalan dengannya” kata Rasyid
Rasyid terus berjalan dan semakin dekat dengan wanita itu
          “Hei, boleh kenalan?” kata Rasyid sambil menyodorkan tangannya mengajak untuk bersalaman
          Namun, Bella, nama wanita dianggap cantik oleh Rasyid itu mengacuhkan Rasyid lalu pergi meninggalkan Rasyid dan Benny.
          “Hei Bella mau kemana?” tanya Cindy, teman Bella.
          “Bella tunggu kami dong” kata Vivi, teman Bella yang lain sambil bergegas meninggalkan Rasyid dan Benny.
          “Rasyid, ngapain sih kamu?” tanya Benny kesal
          “Aku cuma ingin kenalan saja sama dia, ternyata namanya Bella ya hahaha.” kata Rasyid
          “Eits jangan mentang-mentang muka kamu lebih oke dari pada aku, aku juga ngga mau kalah sama kamu” imbuh Rasyid
          “Hah kau ini, yaudah kita masuk kelas aja yuk!” ajak Benny sambil menarik tangan Rasyid
          Kemudian mereka berjalan menuju kelasnya. Sesampainya di kelas, ternyata ada Bella dan dua temannya, Vivi dan Cindy.
          “Eh kita ketemu lagi. Ternyata kita satu kelas ya, wah berarti kita jodoh dong” kata Rasyid kepada Bella
          “Heh Rasyid ngapain sih ganjen gitu” bisik Benny sambil menarik Rasyid menjauh dari Bella
          Sementara itu Bella hanya diam saja dan tak merespon Rasyid.
          “Hei Bella, baru hari pertama masuk, udah ada aja yang naksir kamu haha” gurau Vivi
          “Iya nih jadi iri hahaha” sambung Cindy
          “Kalian mau? Ambil saja ngga apa-apa hahaha” jawab Bella dengan candanya
          “Sama Rasyid? Kalo temannya aku mau hihihi” kata Cindy sambil tertawa cekikikan
          “Iya aku juga mauu” sela Vivi
          “Ah kalian sama ganjennya kaya Rasyid haha” balas Bella dengan santai
          Tak lama kemudian bel masuk terdengar, semua siswa mengikuti pelajaran dengan serius. Hingga terdengar bunyi bel tanda berakhirnya pelajaran.
          Keesokan harinya semua siswa berangkat seperti biasanya. Pada hari itu pelajaran biologi di kelas Benny dibentuk beberapa kelompok untuk diskusi. Kebetulan, Benny dan Rasyid berada dalam satu kelompok bersama Bella, Cindy, dan Vivi.
          “Hehe kalo jodoh emang ngga kemana ya, kita 1 kelompok Bella” kata Rasyid kepada Bella dengan percaya diri
          “Ah Rasyid, kau mulai lagi deh” sela Benny
          “Iya nih serius dong diskusinya, ya kan Benny?” kata Vivi dengan genit kepada Benny
          “Tau nih Rasyid dari kemaren Bella mulu yang dibahas, mending bahas Benny hehehe” sela Cindy yang sama-sama genit dengan Benny
          “Eh kenapa kalian berdua jadi genit gini sih?!” kata Bella dengan nada tinggi
          “Ya sudah kita lanjut diskusi aja” potong Benny yang mengalihkan suasana
          Kemudian mereka melanjutkan kembali diskusi tersebut.
          Teeett Teeettt Tteeeett pertanda berakhirnya pelajaran pada hari itu. Semua siswa segera meninggalkan kelas, hanya tersisa Benny dan Rasyid.
          “Hei Benny kamu ngapain sih? Ayo pulang” ajak Rasyid
          “Iya duluan aja, aku mau melengkapi catatanku dulu” jawab Benny
          “Ya sudah kalo gitu aku duluan yaa” kata Rasyid
          “Oke hati-hati bro” kata Benny
          Lalu Rasyid keluar meninggalkan Benny. Tiba-tiba Rasyid melihat Bella dari kejauhan sedang bersama Cindy dan Vivi. Lalu ia berjalan ke arah mereka. Namun belum sampai di hadapan ketiga wanita itu, langkah Rasyid terhenti. Ia mencoba mendengarkan percakapan Bella dan dua temannya dari belakang tepat.
          “Hei Bel, masa kamu ngga tertarik sama sekali dengan Benny. Dia cool abis tau!” kata Vivi
          “Enggak…” jawab Bella singkat
          “Ah masa? Kamu jangan bohongin kita-kita deh. Keliatan tuh dari mata kamu” lanjut Cindy
          “Terus kalo iya kenapa? Apa masalah buat kalian?” jawab Bella dengan nada explosive
          “Eciiieee…..” kata Vivi dan Cindy bersamaan
          “Tapi lihatlah dia orangnya serius begitu, mana sempat memikirkan aku” kata Bella
          “Haha cowo mana sih yang ngga mau sama kamu, Rasyid aja ngebet banget sama kamu hahahaha” canda Cindy
          Rasyid yang mendengar percakapan mereka langsung tertunduk lesu. Niat untuk menghampiri Bella diurungkannya. Lalu ia pulang dengan perasaan marah
          “Benny lagi Benny lagi, kenapa selalu dia” kata Rasyid di sepanjang jalan.
          Keesokan harinya seperti biasa Benny menunggu Rasyid di tempat biasa untuk pergi sekolah bersama, tetapi lama sekali Benny menunggu Rasyid yang tak kunjung muncul batang hidungnya.
          “Mana nih Rasyid tumben bener lama banget, udah jam setengah 7 lebih padahal. Apa dia tidak berangkat ya? Ya sudah lah aku berangkat sendiri saja” kata Benny
          Kemudian Benny berjalan menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, ternyata Rasyid sudah berada di dalam kelas.
          “Hei Rasyid, kemana saja kamu? Aku nunggu kamu ditempat biasa ngga nongol-nongol” kata Benny
          “Ngga usah ngomong sama gue” kata Rasyid sambil buang muka
          “Hei ada apa denganmu kawan?” tanya Benny dengan penasaran
          “Mending jauh-jauh aja dari gue” balas Rasyid
          “Iya tapi jelasin kenapa? Apa salahku?” tanya Benny lagi
          “Semuanya sudah jelas, lo udah ngrebut semuanya dari gue.” Jawab Rasyid
          “Ah terserahlah apa katamu, yang jelas aku minta maaf kalo aku salah sama kamu” lanjut Benny
          Tak lama kemudian terdengar bel tanda masuk. Pelajaran pun dimulai. Rasyid terus mendiamkan Benny hingga terdengar bel istirahat. Semua siswa keluar kelas hanya tertinggal Rasyid saja seperti ingin berbuat jahat. Ia melihat dompet yang ada di meja Bella.
          “Wah ada ini kan dompet Bella, aku masukkan saja di tasnya Benny sekalian aku masukkan obat ini ke tasnya.” Kata Rasyid yang mencoba memasukkan dompet Bella dan obat-obatan terlarang yang sengaja dibawa untuk menjebak Benny ke dalam tasnya Benny. Setelah itu ia langsung keluar dari kelas.
          Sementara itu Bella bersama kedua temannya yang sedang menuju kantin tiba-tiba lupa akan sesuatu.
          “Eh tunggu dulu. Dompetku ketinggalan di kelas.” Kata Bella
          “Ya sudah ayo kita ambil dulu” kata Vivi
          Sesampainya di kelas Bella kebingungan karena dompet yang ia taruh di mejanya hilang.
          “Lho dimana dompetku? Tadi aku taruh dis sini deh” kata Bella sambil menunjuk mejanya
          “Coba dicari lagi mungkin kamu lupa naruhnya Bel.” Kata Cindy
          “Serius aku tadi taruh disini, aduuh gimana nih?” Kata Bella yang terlihat kebingungan.
          “Kita lapor BK aja yuk” kata Vivi
          Kemudian mereka melapor ke BK. Setelah istirahat selesai, semua siswa di kelas itu terlihat kebingungan sebenarnya apa yang terjadi, kenapa semua tas digeledah. Hingga akhirnya tiba pada saat penggeledahan tas milik Benny. Semua siswa terheran-heran di tasnya Benny tidak hanya ada dompet Bella tetapi juga ada obat-obat terlarang.
          “Benny, aku kecewa sama kamu ya, kamu berhasil menipuku dengan sikapmu yang kupikir baik itu tetapi dalemnya busuk!” kata Bella yang sangat marah dengan Benny
          Lalu Bella pergi menjauhi Benny. Sementara itu Benny sangat terkejut, ia kebingungan.     
“Tidak salah lagi ini pasti kerjaan Rasyid, aku tak mengerti mengapa ia berubah” kata Benny
Kemudian Benny menghampiri Rasyid dengan perasaan marah
          “Hei Rasyid, ini pasti kerjaan kamu kan?” tuduh Benny
          “Hei hei hei apa maksudmu menuduhku seperti itu” bantah Rasyid
          “Rasyid, apa salahku sehingga kau tega seperti ini padaku?” tanya Benny dengan marah
          Kemudian Rasyid menarik Benny ke tempat yang agak jauh dari keramaian
          “Heh Benny, aku ngga suka kamu jadi orang yang disegani disini karena sikapmu yang sok cool, termasuk Bella yang memuji-mujimu” Kata Rasyid dengan bentakan lirih
          “Oh jadi karena kamu cemburu? Hey, kemana pikiranmu selama ini? Sampe berbuat seperti ini padaku? Ini yang namanya teman?” Kata Benny yang sangat emosi
          “Aku tidak peduli, sebentar lagi kamu akan dikeluarkan dari sini dan hidupmu akan susah!” Balas Rasyid
          Kemudian Benny pergi dan menghampiri Bella. Benny mencoba meyakinkan Bella.
          “Bella, tolong dengarkan penjelasanku, aku tidak melakukan semua ini....”
          “Stop Benny, aku ngga mau mendengar apapun tentang kamu. Nggak usah temuin aku lagi” kata Bella yang menyela Benny.
          Kemudian Bella lari meninggalkan Benny. Tak lama kemudian, Rasyid datang menghampiri Benny.
          “Mau apa lagi kamu Rasyid? Belum puas?” Kata Benny dengan sinis
          “Eits tenang dulu bro, ini ada surat dari kepala sekolah. Kamu dikeluarkan dari sini hahaha” kata Rasyid dengan wajah sumringah
          “Apapun yang terjadi, aku tetap akan menjadi orang sukses diujung nanti. Memang saat ini aku merasakan pahitnya kehidupan tetapi aku akan merasakan manisnya kehidupan. Seperti lidah kita, saat ini aku berada dalam pangkal lidah, namun aku akan merubah posisiku berada di ujung lidah” Tantang Benny
          “Banyak omong, pergi sana!” Kata Rasyid yang mengusir Benny.
          Benny pergi meninggalkan sekolah dengan perasaan dendam. Bukan dendam karena Rasyid, tetapi dendam karena ingin merubah rasa pahit itu menjadi rasa manis.
          Keesokan harinya suasana di kelas datar-datar saja tanpa adanya Benny. Bella terlihat murung karena kecewa dengan Benny
          “Hei Bella, ngga usah mikirin Benny. Kan ada aku di sini” kata Rasyid yang mencoba merayu Bella
          “Rasyid, mending kamu diem aja deh dari pada mengganggu Bella seperti itu” bentak Cindy
          “Iya tau tuh!” sambung Vivi
          “Ya sudah lah aku diem nih, sewot banget kalian berdua” balas Rasyid
          Lalu Rasyid berjalan menuju tempat duduknya
          “Eh Vi, coba deh perhatikan sikap Rasyid ada yang aneh kan?” bisik Cindy kepada Vivi
          “Aneh gimana sih? Dia emang orangnya gitu, ceplas ceplos” jawab Vivi
          “Setauku Rasyid sama Benny kan persahabatannya kuat, tapi kenapa dia tidak terlihat sedih sama sekali kehilangan sahabatnya ya” jelas Cindy
          “Iya juga ya ada yang aneh. Apa jangan-jangan ini semua perbuatan Rasyid. Dia cemburu mungkin sama Benny, Rasyid kan suka sama Bella” kata Vivi
          “Ah kalian ini ngomong apa sih. Sudahlah lupakan Benny, dia munafik” potong Bella
          “Tapi bisa aja kan Bel?” Kata Cindy sedikit ngotot
          “Sudahlah ngga usah bahas dia lagi” kata Bella dengan kesal
          Sementara itu Benny yang mencoba mencari sekolah baru selalu ditolak untuk masuk ke sekolah tersebut karena nama baiknya sudah terlanjur hancur. Ia pun mulai bingung, lalu ia pulang dan mencari kesibukan dengan menulis di blognya.
          Setiap hari ia menghasilkan karya-karya yang indah, tak heran jika visitor di blognya sangat banyak. Tentu saja karya-karyanya yang ia tulis di blognya itu dibaca oleh salah satu pemilik percetakan. Kemudian ia dihubungi dan diminta untuk membuat sebuah novel. Dengan senang hati Benny bersedia untuk membuatnya
          Benny mulai menemukan arah menuju ujung lidah, jika ia berhasil dengan novelnya ini ia akan menjadi orang yang sukses. Ia terus menulis dan menulis. Sampai akhirnya ia telah selesai menulis. Ia tidak sabar menunggu bukunya diterbitkan.
          Pada akhirnya hari itu pun tiba. Novel karya Benny Cahya Novriansyah yang berjudul “Lidah Kehidupan” sudah diterbitkan dan mulai dipasarkan. Buku itu ternyata sampai ke lingkungan SMA 2 Kudus, mantan sekolah Benny.
          “Bel, bel lihat nih!” kata Cindy dengan gugup
          “Ada apa sih Cin? Kaya dikejar maling aja kamu” sahut Bella
          “Lihat ini! Ini novel karya Benny!” kata Cindy
          “Hah? Benny Cahya? Temen kita dulu?” tanya Vivi
          “Serius? Coba lihat!” kata Bella yang juga penasaran
          “Iya serius ini baca aja, ceritanya mirip sekali dengan kejadian waktu itu. Dia menjelaskan pengalaman hidupnya di novel ini.” Jelas Cindy
          Bella terlihat sangat kecewa dengan dirinya yang waktu itu tak mau mendengarkan penjelasan Benny. Lalu ia menghampiri Rasyid.
          “Rasyid, aku sudah tau semuanya ya tentang kamu. Kamu kan yang sengaja menjebak Benny? Dimana otakmu Rasyid?” Kata Bella dengan marah.
          “Bagaimana kamu bisa tau?” tanya Rasyid
          “Ini novel karya Benny Cahya Novriansyah, dia menceritakan kisahnya di novel ini. Dia sekarang menjadi orang sukses sebagai penulis novel termuda, walaupun ia tak lulus SMA” jelas Bella
          “Maaf aku menyesal semua ini” kata Rasyid tertunduk
          “Kamu terlambat Rasyid…” kata Bella
          “Tidak ada kata terlambat” kata seorang misterius yang memotong pembicaraan mereka.
          Kemudian Bella menengok ke belakang, ternyata dia adalah Benny Betapa terkejutnya mereka dengan kedatangan Benny.
          “Benny maafkan aku..” kata Rasyid sambil berlari dan bersujud meminta maaf
          “Hei Rasyid, bangunlah. Tak perlu kamu bersujud kepadaku. Aku sudah memaafkanmu.” Jelas Benny dengan senyum
          “Semudah itu kah memaafkanku? Setelah kejamnya aku padamu?” tanya Rasyid dengan heran
          “Itu masa lalu, lihatlah aku sekarang sudah berada diujung lidah. Manis sekali rasanya” kata Benny
          Tiba-tiba Bella menyela
          “Maafkan aku dulu tidak mempercayaimu Benny” kata Bella
          “Sudahlah, ngga usah diungkit lagi yang dulu. Aku sudah cukup ahagia saat ini.” Jelas Benny
          Akhirnya Benny menjadi orang yang benar-benar disegani bukan hanya orang-orang yang berada di sekolah, tapi orang-orang di negaranya. Luar biasa, perjuangan Benny untuk menjadi orang yang sukses walaupun ia tidak lulus SMA. Benar sekali apa yang dikatakan Benny, kehidupan ini seperti lidah. Kita bisa merasakan manis, pahit, asin, asam suatu kehidupan tergantung kita yang akan meletakkan kehidupan kita di ujung, dipangkal, atau ditepi Lidah. Selamat Berjuang !!

>>> THE END <<<

Hancurnya Radius dan Ulna (Cerpen)


.


Hancurnya radius dan ulna
Oleh: Ayyub Al Azheem

Suatu senja di bawah pohon yang rindang, tampak sepasang kekasih duduk bersama. Mereka tengah menikmati indahnya matahari yang tengah menuju persinggahan. Mereka ini adalah seorang pasangan kekasih yang serasi dan hampir tak terpisahkan seperti layaknya tulang radius dan ulna. Cowok itu bernama Deus, sedangkan ceweknya bernama Luna.
            “Deus, lihatlah matahari di sana. Indah sekali” kata Luna sambil menunjuk ke arah matahari yang hampir terbenam
            “Iya indah sekali, tapi sayang ia harus terbenam. Setelah ini dunia gelap akan datang” sambung Deus
            “Bagaimana jika ibarat aku adalah matahari, lalu aku terbenam meninggalkanmu dan tak akan terbit lagi?” tanya Luna
            “Ibarat aku adalah tumbuhan, tentu aku tidak akan membiarkanmu terbenam, karena tanpa hadirmu aku tidak akan pernah bisa hidup” lanjut Deus
            “hehe bisa aja kamu, udah mulai gelap nih langitnya. Kita pulang yuk?” kata Luna yang melihat langit semakin gelap.
            “Ya udah yuuk..” lanjut si Deus
            Kemudian Deus mengantarkan Luna pulang ke rumah menggunakan motor miliknya. Setelah sampai di rumah Luna, Deus langsung pamit pulang karena maghrib telah tiba.
            “Luna, aku langsung pulang saja yaa” kata Deus
            “Iya deh, hati-hati yaa” jawab Luna sambil melempar senyum ke arah Deus.
            “Iya, besok pagi jalan lagi yuk? aku jemput kamu ya?”
            “Iyaa oke deh, sampai jumpa besok” kata Luna sambil melambaikan tangannya kepada Deus
            Malam itu Luna yang notabene adalah seorang yang pandai melukis, tengah melukis sebuah gambar untuk kado ulang tahun kekasihnya, si Deus esok hari bertepatan tanggal 20 November. Ia menggambar sebuah tulang radius dan ulna yang mengibaratkan kedekatan mereka yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
            Esok harinya, Deus tengah bersiap-siap menjemput Luna motor kesayangannya. Ia tidak tahu kalau Luna telah mempersiapkan kado untuknya. Namun, ditengah perjalanan menuju rumah Luna, Deus tertabrak truk yang berkecepatan tinggi. Ia jatuh tak berdaya berlumuran banyak darah.
            “Duuaaarr…!!” suara tabrakan terdengar begitu kerasnya
            “Heei lihat ada tabrakan !” kata salah seorang yang berada disekitar jalan itu.
            Kemudian Deus segera dibawa ke rumah sakit oleh orang-orang yang berada disekitar situ. Sementara itu Luna yang tengah menunggu jemputan dari Deus dengan gelisah.
            “Si Deus mana sih? Lama banget, jadi jalan gak sih ini? Padahal aku sudah nyiapin kado untuknya” kata Luna dengan bergumam
            Deus yang sedang berada di rumah sakit mencoba menahan rasa sakit dan mengatakan sesuatu kepada suster, “Suster tolong ambil hp saya, hubungi Luna kekasih saya. Kasih tau dia aku gak bisa jemput dia pagi ini” kata Deus. Beberapa saat kemudian Luna dihubungi oleh pihak rumah sakit.
            “Haloo. . .” kata Luna
            “ya Halo, benar ini nomor Luna?” kata suster
            “Iya benar, ini siapa ya?” tanya Luna
            “Kami dari pihak rumah sakit Daerah ingin memberitahu bahwa saudara Rayhan Deus kecelakaan, sekarang berada di ruang operasi karena lukanya sangat parah” jelas suster
            Luna yang terkejut dengan kabar itu langsung menutup telepon dan menuju ke rumah sakit dengan membawa kado yang telah ia persiapkan untuk Deus. Sesampainya disana ia menunggu berjam-jam sampai operasi si Deus selesai. Kemudian seorang dokter keluar dari ruangan operasi.
            “Dok.. dok.. gimana keadaan Deus?” tanya Luna dengan panik
“Deus mengalami patah tulang kiri dan kaki kirinya lumpuh total” jelas dokter
“Apa? Lumpuh?” kata Luna dengan sangat terkejut
Luna lalu menjatuhkan kado yang ia bawa dan ia lari tak jelas kemana dia pergi. Hingga beberapa saat kemudian, Deus tersadar dari kondisi kritisnya.
“Suster, Luna sudah dikasih tau?” tanya Deus dengan nada yang sangat pelan
“Oh sudah sadar yaa, iya sudah. Tadi dia kesini tetapi langsung pergi entah saya tak tau kemana setelah dokter bilang kalau kaki kamu lumpuh” jelas suster itu
“Dia pergi?” kata Deus dengan lirih.
Kemudian ia berkata dalam hatinya, “Kemana matahariku pergi? Aku akan mati disini, sungguh aku tak mengira ia bakal pergi. Sekarang radius dan ulna tak lagi bersatu, tumbuhan pun akan mati tanpa matahari”
Beberapa saat kemudian, Deus menghembuskan nafas terakhirnya. Sungguh malang nasibnya ditinggal kekasihnya pergi disaat ia sedang kritis.