Bagi
umat Islam, bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan tersendiri dibanding dengan
bulan-bulan yang lainnya. Di bulan inilah umat Islam di seluruh Negara merayakan
Hari Raya ‘Idul Adha’ atau Idul Kurban atau populer juga dengan sebutan Lebaran
Haji. Disebut Idul Kurban karena banyak umat Muslim berkurban dengan
menyembelih domba, kambing, sapi, atau kerbau untuk dibagikan ke semua warga.
Hari istimewa ini disebut juga Lebaran Haji karena pada bulan ini sebagian umat
Muslim menunaikan rukun Islam ke-5, yaitu Haji.
Islam adalah
agama yang sempurna. Setiap syariat yang Allah turunkan untuk manusia
mengandung hikmah yang penting bagi kemaslahatan manusia. Demikian halnya
dengan syariat ibadah Haji, rukun Islam ke-5 yang wajib dilaksanakan setiap
Muslim yang berkemampuan. Begitu pula dengan ibadah qurban. Haji dan Qurban
idealnya tidak dimaknai pada aspek ritualitas semata tetapi harus dapat
diselami lebih dalam. Samudera hikmah Haji dan Qurban jika direnungi dapat
menjadikan setiap Musli insane yang berserah diri kepada Allah dan mampu melakukan
perbaikan atas segala kekhilafan dirinya.
Salah satu
rukun dalam ibadah Haji adalah wukuf di Arafah. Saat melakukan wukuf, para “hujjaj”
berdoa dan berdzikir memohon ampun kepada Allah SWT. Ketulusan niat mengakui
kebesaran sang Khaliq serta pesan persatuan dan persaudaraan sesame Muslim yang
tulus adalah keindahan yang dirasakan jama’ah Haji ketika wukuf. Wukuf adalah
bukti betapa egaliter-nya Islam. Ketika wukuf tidak ada perbedaan di mata Allah
SWT antara raja dengan rakyat, bangsawan dengan yang bukan bangsawan, atau
antara Arab dan non-Arab. Manusia sama kedudukannya di mata Allah, Standar
kemuliaan manusia dalam pandangan Allah adalah KETAQWAANNYA, bukan yang lain.
Qurban,
merupakan wujud syukur setiap Muslim atas nikmat Allah SWT yang sedemikian
banyak telah dianugerahkan. Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah Shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah” (Q.S. Al-Kautsar: 1-2).
Pada ayat lain Allah berfirman: “Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S.
An-Nahl: 18)
Saifudin Khoirul H.